Pengobatan Nyeri Tulang Belakang Tak Mesti Operasi, Kebanyakan dengan Fisioterapi dan Obat

giuseppezanotti, Tangerang Gangguan tulang belakang seperti saraf terjepit atau stenosis tulang belakang lumbal. Secara umum, kondisi ini dapat ditangani dengan terapi fisik dan pengobatan jika diindikasikan kondisi ringan.

Jika pasien mengalami perubahan pada tulang belakang atau menderita penyakit radiasi, diperlukan perawatan tambahan. Pengobatan Nyeri Tulang Belakang Tak Mesti Operasi, Kebanyakan dengan Fisioterapi dan Obat

Sayangnya, sebagian masyarakat di Indonesia, terutama penderita saraf terjepit, masih menolak berobat. Ada mitos bahwa operasi punggung bisa menyebabkan kelumpuhan.

Meski tidak demikian, angka kelumpuhannya kurang dari 5 persen. Misalnya, jika kecelakaan menyebabkan kerusakan pada tulang belakang leher atau tulang belakang bagian atas, seperti saraf terjepit, maka itu bukan penyebabnya. lumpuh,” kata Jephtha FL Tobing, MD, MD, Ahli Bedah Ortopedi (Tulang Belakang) di RS Silom Lippo Village pada 18/18/2023.

Tidak perlu berbaring di meja operasi jika terdapat gejala nyeri pada tulang belakang pinggang. Sebab 97 persen nyeri punggung disebabkan oleh otot. Oleh karena itu, pengobatan hanya memerlukan pengobatan, dan bila perlu, minum obat yang diresepkan. BREAKING! Menkes: Covid-19 Subvarian XBB Sudah Masuk Indonesia

“Yang terpenting adalah memeriksakan diri ke dokter yang tepat terlebih dahulu dan mencari penyebabnya. Jadi tidak semuanya perlu dioperasi, bisa dilakukan dengan terapi fisik dan pengobatan, dan jika sudah berbahaya hingga menyebabkan kelumpuhan, maka operasi adalah salah satu pilihannya.”

Misalnya, jika saraf terjepit, pasien mungkin merasakan nyeri tidak nyaman di punggung bawah, kemudian nyeri menjalar ke kaki, disertai gejala seperti kesemutan dan mati rasa. Kemudian pada tahap selanjutnya dapat disertai masalah seperti kaki lemas, buang air besar (BAB), atau buang air kecil (BAK).

“Kalau sudah dalam tahap masalah BAB dan BAK, masalahnya sudah tidak sembelit lagi, tapi kecepatan buang air besarnya hilang, tiba-tiba ngompol, atau tiba-tiba buang air besar. jalannya sudah sulit dan perlu operasi,” ujarnya.

Kaki kemudian bisa menjadi lemah, mengakibatkan berkurangnya ukuran kaki dan rasa kembung akibat saraf terjepit. Hal ini disebabkan oleh transmisi listrik yang tidak lengkap dari otot.

“Karena hantaran listriknya sudah tidak bagus, kontraksi ototnya juga kurang bagus. Jadi tentu salah satu kakinya akan lebih pendek,” ujarnya.

Namun tetap bisa diobati dan kaki akan kembali ke bentuk semula. Seperti halnya operasi jebakan saraf yang diikuti dengan terapi fisik, penyakit ini pasti akan muncul kembali.

“Pada catatan itu, selama Anda tidak lumpuh, oke? ‘Terapi fisik, latihan, Anda bisa kembali,’” katanya.

Terapi jebakan saraf akhir-akhir ini menjadi lebih canggih dan maju. Meskipun metode laparoskopi biasanya hanya digunakan untuk operasi pengangkatan batu empedu, kini metode tersebut dapat digunakan untuk perawatan punggung.

Jephta menjelaskan, jika pasien mengalami perubahan pada punggung atau sakit akibat radiasi, maka ia perlu menjalani operasi tulang belakang (operasi laparoskopi) yang nantinya bisa dilakukan di RS Silom Lippo Village.

“Prosedur ESS saat ini dilakukan dengan menggunakan teleskop untuk mencapai sumsum tulang belakang sebagai prosedur bedah minimal invasif. Dan metode ini memungkinkan dokter untuk melihat lebih baik struktur tubuh yang sedang diperbaiki tanpa merusak jaringan kulit,” ujarnya.

Selain untuk mengatasi saraf terjepit, cara ini direkomendasikan untuk berbagai kondisi tulang belakang, termasuk patah tulang belakang, arthritis, dan stenosis tulang belakang.

Teknik ESS kemudian dilakukan dengan sayatan yang jauh lebih kecil dibandingkan operasi konvensional, kata Jefta seraya menambahkan bahwa sayatan tersebut hanya seukuran lubang kunci, kurang dari 8 milimeter. Jika diperlukan jahitan, hanya satu jahitan per lubang dan kehilangan darah hanya 1-2 ml. Pengobatan Nyeri Tulang Belakang Tak Mesti Operasi, Kebanyakan dengan Fisioterapi dan Obat

“Usai prosedur, pasien disarankan melakukan gerakan ringan seperti duduk dan berjalan untuk mempercepat pemulihan. “Sebagian besar pasien bisa pulang dalam waktu 24 jam setelah operasi jika mereka tidak memiliki kondisi yang mendasarinya,” katanya.

Selain itu, untuk mengurangi risiko kambuhnya cedera tulang belakang, pasien disarankan untuk menjalani terapi fisik secara rutin selama masa rehabilitasi.

Pada saat yang sama, jebakan saraf dapat dicegah sejak dini. Penyebabnya mungkin karena angkat beban dan postur tubuh yang buruk akibat penuaan, namun olahraga tampaknya dapat mencegah saraf terjepit.

“Bisa dilakukan dengan olahraga, terutama untuk memperkuat otot perut. Misalnya saja melakukan plank,” ujar Jephthah.

You May Also Like

About the Author: Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *