WHO: RD Kongo Laporkan Kasus Mpox Tertinggi Sejak 2020

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (15/12/2023) memperingatkan Republik Demokratik Kongo masih berisiko akibat penyebaran mpox. Kasus dugaan di negara tersebut mencapai 13.000, tertinggi sejak tahun 2020.

Puluhan ribu kasus dan lebih dari 600 kematian dilaporkan dari 1 Januari hingga pertengahan November, kata direktur teknis WHO untuk mpox Rosamund Lewis pada konferensi pers PBB di Jenewa. WHO: RD Kongo Laporkan Kasus Mpox Tertinggi Sejak 2020

Catatan Akhir Tahun: Cemas Data Medis SATUSEHAT Bobol

“Ini merupakan jumlah kasus yang dilaporkan setiap tahunnya yang terbesar dibandingkan dengan puncaknya yang mencapai lebih dari 6.000 kasus pada tahun 2020,” ujarnya.

Lewis memperingatkan bahwa epidemi mpox telah menyebar secara geografis, termasuk wilayah yang “belum pernah mengalami mpox sebelumnya”.

Menurut dia, kasus mpox telah terjadi di 156 wilayah kesehatan di 22 dari 26 provinsi.

“Ada kebutuhan mendesak untuk berinvestasi dalam kemampuan deteksi, validasi, dan respons,” katanya.

Ia juga mengatakan WHO bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk membantu mendistribusikan pengumpulan sampel dan peralatan ke rumah sakit rujukan, serta dukungan logistik.

“Wabah di Kongo merupakan pengingat akan perlunya kerja sama dan koordinasi global untuk mengendalikan dan pada akhirnya memberantas penularan mpox ke manusia,” ujarnya. WHO: RD Kongo Laporkan Kasus Mpox Tertinggi Sejak 2020

Tahun lalu, WHO mengganti nama cacar monyet menjadi mpox karena nama tersebut mengandung “bahasa rasis dan menghina”.

You May Also Like

About the Author: Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *